Kerumitan Supernova Terbawa hingga Layar Lebar

Diangkat dari novel pertama karya Dewi Lestari atau Dee, Supernova: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh menghadirkan sesuatu yang berbeda bagi perfilman Indonesia. Kisah yang tidak semata-mata hanya kisah romansa semata ini disebut sulit dipahami oleh banyak orang, lalu bagaimana adaptasinya ke layar lebar?

Hasil produksi Sunil Soraya melalui rumah produksi Soraya Intercine Films dengan menggaet Rizal Mantovani sebagai sutradara ini menghadirkan bintang-bintag seperti Herjunot Ali, Raline Shah, Arifin Putra, Fedi Nuril, Hamish Daud, dan juga Paula Verhoeven.

Kisah dimulai dari pertemuan Dimas dan Reuben, yang diperankan oleh Arifin dan Hamish, yang bertemu di Washington D.C., yang tidak disangka pertemuan ini membawa mereka untuk hidup bersama dan juga berikrar untuk membuat karya bersama sepuluh tahun kemudian.

Setelah perdebatan panjang, mereka berdua memutuskan untuk menulis roman berjudul Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Berparalel dengan kisah yang mereka tulis, di kehidupan nyata terjalin cinta terlarang antara Ferre dan Rana, diperankan oleh Herjunot dan Raline, yang mempresentasikan Kesatria dan Putri dalam kisah Dimas dan Ruben.

Satu tokoh lagi, yaitu sang Bintang Jatuh direpresentasikan oleh seorang peragawati papan atas bernama Diva, yang memiliki profesi sampingan sebagai pelacur kelas atas dan kehidupan yang misterius.

[BACA JUGA : Menyelami Karakter 'Ajaib' di Film Supernova]

Kehidupan mereka dipersatukan oleh seorang avatar di dunia maya yang bernama Supernova, tempat semua orang berkeluh kesah tentang kehidupan mereka dan mempertanyakan segala hal, yang tidak disangka menentukan kehidupan yang berlangsung antara Ferre, Randa, dan Diva yang juga berhubungan dengan kisah fiksi karya Dimas dan Reuben.

Sesuai komentar banyak orang tentang kerumitan bukunya, film ini cukup rumit dan berbeda dengan film Indonesia kebanyakan. Banyak kata-kata yang asing terdengar oleh telinga para penonton, terutama dengan penuturan dan pertanyaan tentang kehidupan dari para karakter dalam film ini.

Banyak juga digunakan animasi dan special effect untuk menggambarkan hal-hal yang hanya bisa digambarkan melalui animasi, namun sayangnya penggambaran ini belum maksimal. Mereka yang mengatakan bukunya cukup membingungkan, menonton filmnya pun tidak jauh berbeda, meskipun banyak filosofi-filosofi tentang kehidupan yang dapat dipetik dari film ini.

Bagi yang penasaran seperti apa adaptasi Sunil dan Rizal akan karya Dee, Supernova: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh dapat ditonton di bioskop mulai 11 Desember 2014.
     Sumber

GOSCEB

Saya adalah seorang blogger yang senang akan gosip yang sedang populer baik dalam negeri atau pun diluar negeri

Post a Comment