Djarot: Saya Mungkin Lebih Cool dari Pak Ahok


Djarot Syaiful Hidayat merasa memiliki banyak kesamaan dengan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Menurutnya, mereka memiliki nilai yang sama dalam memandang kerja birokrasi. Oleh karenanya, ia merasa tersanjung betul saat terpilih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Apa sebenarnya yang dilihat Ahok dari sosok Djarot? Lalu bagaimana tanggapan Djarot ketika akhirnya ia mendapat jalan mulus untuk mendampingi Ahok membenahi Jakarta? Simak wawancara CNN Indonesia saat menemui Djarot dan istrinya Heppy Farida di kediaman pribadi di Raffles Hills Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu (6/12).

Apa yang anda lihat dari Pak Ahok?
Saya dan Pak Basuki punya kesamaan. Punya nilai yang sama bahwa menjadi birokrasi itu harus mampu melayani bukan minta dilayani. Birokrasi juga harus pro-aktif, kreatif, inovatif. Jangan hanya bisa kasih laporan yang baik-baik, no! Tidak boleh. Dia harus kasih laporan sesuai dengan apa adanya kondisi di lapangan. Sehingga kita bisa mengetahui persoalan apa yang mendesak.

Jadi banyak sekali yang harus kami ubah. Nah yang paling penting, perlu saya sampaikan bahwa birokrasi itu 24 jam, tidak boleh tidur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Karena persoalan yang ada di masyarakat itu adanya ya 24 jam itu dalam sehari. Birokrasi harus hadir cepat.

Terkait Reformasi birokrasi, apakah anda akan tegas seperti Pak Ahok langsung pecat?
Masing-masing orang, itu punya gaya sendiri-sendiri. Saya juga punya style sendiri dong? Kalau Pak Ahok seperti itu, ya aku mungkin tidak seperti itu. Ada pola lain, yang bisa kita terapkan. Supaya apa? Supaya mereka nyaman bekerja dan termotivasi, cuman tidak takut.

Bagaimana pendekatan terhadap pegawai DKI Jakarta nantinya?
Ya dengan dialog dengan mereka. Supaya orang juga tau salah saya itu apa? Kurang saya itu apa? Saya mungkin lebih cool, lebih kalem dari Pak Ahok.

Sudah melakukan pendekatan ke masyarakat DKI Jakarta? Blusukan seperti Jokowi?
Sejak tahun 2010, saya tinggal di Jakarta. 2011 saya itu ketua partai di Jakarta, ok? Dan tugas saya adalah untuk mengkonsolidasi partai, di tingkat kelurahan sampai kecamatan dan kota. Jadi sudah biasa. No problem.

Menurut Anda, akar persoalan di ibukota itu apa?
Ya banyaknya kepentingan yang masuk di sini. Begini, Jakarta ini menjadi the city of everything. Semuanya ada disini. Duit ada disini. Semua tokoh-tokoh apapun ada disini. Sampai hal-hal yang tidak bagus pun ada disini. Semuanya tumplek-blek di Jakarta. Ya otomatis. Oleh sebab itu ke depan, peran Jakarta itu harus lebih ditonjolkan ke peran apa? Kalau cita-citanya Bung Karno Jakarta ini kan peran utamanya, fungsi utamanya sebagai kota pemerintahan, kota jasa. Masa bayangkan Jakarta ini sebagai satu kota yang paling banyak Mall-nya sedunia. Kurang lebih ada 170 Mall, gila! Bayangkan!

Berarti akan tegas membatasi izin bangun Mal?
Yes, harus. Ini kan yang bikin persoalan. Ini kepentingan apa sih? Kepentingan ekonomi toh? Kalau izin mall lagi saya rasa sudah cukup. Jangan lagi dikasih.

Bukan itu saja, Hotel-hotel baru, no! Apartemen-apartemen mewah, no! Ruko-ruko itu, no! Lho kalau enggak begitu, hancurlah Jakarta. Kita harus berpikir paling enggak 10 tahun ke depan, 15 tahun ke depan. Bayangkan saja bagaimana jadinya Jakarta 10-15 tahun ke depan kalau pembangunan semacam itu tidak dihentikan.

Berbagai persoalan akan muncul jika pembangunan tanpa memperhatikan lingkungan. Kerusakan air tanah, menyempitnya ruang terbuka hijau dan daerah tangkapan air, banjir dan lain-lain.

Nah ini, makannya butuh ketegasan yang tanpa kompromi dengan cara diberikan pemahaman. Memperbanyak ruang terbuka hijau, ya gak? Daerah-daerah resapan itu. Mempercantik taman-taman kota. Kemarin saya diskusi ketemu sama suatu kelompok masyarakat, anak muda-muda, itu yang tergabung dalam kelompok The Hidden Park. Dia berusaha untuk merevitalisasi dan membikin taman-taman kota itu menjadi nyaman sebagai tempat rekreasi. Akhirnya saya berpikir bisa gak ya taman-taman kota dikasih sambungan kayak gas begitu sehingga ada orang rekreasi disitu bisa barbeque disitu misalnya. Sebagai alternatif warga Jakarta supaya tidak hanya ke Mall. Bagaimana dengan anak-anak kita? Ini kompleksitas Jakarta. Nah oleh sebab itu, tidak betul juga yang mengatakan bahwa ini akan bisa selesai tuntas 3 tahun, 5 tahun, no! Enggak bisa. Butuh kebijakan, program yang konsisten.

Bagaimana permasalahan kemacetan?
Iya sama. Kemacetan itu kan cabang masalah, itu dampak dari suatu kebijakan. Oleh sebab itu, untuk mengurai kemacetan, jalan satu-satunya ya transportasi publik.

Program Normalisasi sungai Ciliwung Pak Ahok dikritik lsm karena pembangunannya dinilai merusak lingkungan hidup di Jakarta. Ada solusi lain?
Kalau begitu solusinya seperti apa? Ditanami? Yang bagus itu ditanami. Tapi apa memungkinkan? Yang bagus itu kalau kau ke desa-desa, itu banyak lah tumbuh tanaman-tanaman yang khas kepada sungai. Contoh bambu, ya gak? Itu kan juga untuk menahan erosi ya? Ada lagi apa lah banyak namanya aku lupa ya itu hidup di pinggir-pinggir sungai. Tapi apa mungkin di Jakarta? Ini pertanyaannya.

Nah persoalannya adalah program itu kan harus dirawat, dijaga tentang sedimen tanahnya, tentang kebersihannya, pengerukannya, kan begitu. Sekarang ini kan budaya masyarakat kita, sungai itu membelakangi rumah. Dianggap halaman belakang.

Nah kalau dianggap halaman belakang, maka semuanya boleh dibuang dihalaman belakang. Orang juga tidak keliatan? Ya? Nah, yang benar itu sungai itu kan halaman depan.
     Sumber

GOSCEB

Saya adalah seorang blogger yang senang akan gosip yang sedang populer baik dalam negeri atau pun diluar negeri

Post a Comment