Pengamat: Jokowi tak Punya 'Akar' Sebagai Presiden

Sudah 100 hari Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla berjalan. Kepentingan partai politik yang mendukungnya seringkali bergesekan dengan kebijakannya. Jokowi bahkan disebut tak memiliki akar untuk menjalankan tugas sebagai presiden sebagai pemegang otoritas eksekutif tertinggi.

"Problemnya, para pendukung Jokowi less organize tidak bisa di tranformasi, sebagai akibatnya ketika jadi presiden tergantung pada partai politik di dalam koalisi yang mendukung," pungkas Hal ini disampaikan kolumnis politik Fachry Ali dalam diskusi Perspektif Indonesia 'Alhamdullilah Lewat 100 Hari' di Jalan Gereja Theresia, Jakarta Pusat, Sabtu (31/1/2015).

Fachry menyebut Jokowi diciptakan di luar partai politik yang akhirnya terpaksa diakui partai politik. Dukungan Jokowi lebih banyak datang dari masyarakat luas tapi justru ini tak kuat.

Hal in jelas dia membuat ketimpangan politik. Seluruh energi kekuatan politik atau keabsahan politik akhirnya diresmikan berdasarkan partai politik. Di mana otoritas ada pada lembaga eksekutif yang terdiri dari Kabinet, Polri, Kejaksaan juga DPR dan DPD.

Menjadi menarik, kata dia, karena DPR merupakan total representasi politik. Yang mana partai asal Jokowi menguasai DPR dan menguasai 35 persen kekuatan di seluruh Indonesia. Sayangnya, Jokowi hanya di dukung separuh kekuatan dalam DPR. Sementara lembaga kepresidenan penetrasi partai politik sangat kuat.

"Ini lah yang menyebabkan Jokowi dalam struktur tidak punya kaki tidak punya akar sehingga seakan-akan tidak genuine sebagai presiden, tidak genuine sebagai pemegang otoritas eksekutif tertinggi," ujar dia.
     Sumber

GOSCEB

Saya adalah seorang blogger yang senang akan gosip yang sedang populer baik dalam negeri atau pun diluar negeri

Post a Comment